Baca Curhat Kakek Ini, Membuat Kamu Akan Menyesal Karena Menyia-nyiakan Usia Muda

ilustrasi
Kakek yang saya maksud bukan yang fotonya tercantum di atas. Itu hanya foto ilustrasi yang saya temukan di Google. Kakek yang saya maksud adalah sebuah lukisan tentang seorang kakek tua, yang ekspresinya mirip gambar di atas; tertunduk lesu penuh penyesalan.

Lukisan tersebut dimuat sebagai ilustrasi pada sebuah puisi karya Ali Hasjmi, di buku pelajaran Bahasa Indonesia, dan saya baca saat dulu masih SD.

Sayangnya, saya tak bisa mencantumkan penampakan lukisan tersebut, karena bukunya sudah hilang entah ke mana, dan tak bisa ditemukan di Google. Sudah lama banget, soalnya.

Namun walau sudah sangat lama, puisi tersebut sangatlah berkesan bagi saya, bahkan hingga hari ini masih sering teringat.

Puisi tersebut telah menjadi salah satu motivasi terbesar bagi hidup saya, mendorong saya agar berkarya dan berprestasi sebaik mungkin selagi masih muda. Agar ketika sudah menjadi kakek tua renta, sama sekali tak ada penyesalan

Saya ketika itu bertekad, “Aku tak ingin nanti bernasib seperti si kakek ini!”

Alhamdulillah, puisi tersebut sampai sekarang menjadi salah satu motivator saya dalam meraih sukses.

Ini dia puisinya:

MENYESAL

Ali Hasjmi

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati,
Miskin ilmu, miskin harta

Akh, apa gunanya kusesalkan
Menyesal tua tiada guna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti!

(Baru, 1954)

Menurut saya, “curhat si kakek” lewat puisi ini sangatlah relevan hingga kapanpun. Apalagi di era saat ini, di mana masyarakat kita percaya bahwa masa muda adalah saat terbaik untuk bersenang-senang dan berhura-hura. Tak perlu serius mikirin hidup, karena belum saatnya.

Padahal sebenarnya, justru masa muda merupakan masa terbaik untuk berkarya dan berprestasi.

Masa muda merupakan masa yang penuh gejolak, penuh semangat, masa-masa pencarian jati diri. Para pemuda punya potensi yang sangat besar untuk mengukir prestasi dan karya-karya luar biasa. Tidak heran jika Soekarno pernah berkata:

“Berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.”

Di Al Quran terdapat sebuah kisah yang sangat terkenal, yakni Ashabul Kahfi. Pada sebuah riwayat saya membaca, bahwa usia para Ashabul Kahfi ini masih sangat muda, belasan tahun. Meminjam istilah zaman sekarang; masih brondong:-)

Namun walau usia masih sangat muda, mereka menjadi manusia-manusia yang sangat istimewa, sehingga Allah pun mencantumkan kisah mereka pada Al Quran.

Kisah Ashabul Kahfi merupakan BUKTI YANG SANGAT NYATA bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat baik untuk berkarya, mengukir prestasi, menyiapkan bekal yang sebaik mungkin untuk meraih sukses di masa depan.

Bagi kamu yang masih muda, dan sampai hari ini hanya sibuk berhura-hura, coba baca curhat si kakek yang dimuat pada puisi di atas. Bayangkan bagaimana masa tuamu, jika sampai hari ini kamu hanya sibuk bersenang-senang, hura-hura, belum serius untuk menyiapkan masa depan.

Bagaimana masa depan kita, sangatlah tergantung dari apa saja yang kita lakukan hari ini. Ini adalah FAKTA. Dan jika kita memahaminya, tentu seharusnya kita mulai BERUBAH. Berhenti hura-hura, berhenti bersenang-senang. Ayo mulai berkarya!

Dulu, saya sangat termotivasi oleh puisi karya Ali Hasjmi yang berjudul “Menyesal” tersebut. Saya tidak ingin masa tua saya seperti si kakek. Karena itulah, sejak muda saya berusaha untuk berkarya sebaik dan sebanyak mungkin.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam sukses selalu!

Sumber: jonru


EmoticonEmoticon